4 Alasan Gowa Siap Menjadi Kabupaten Pusat Pendidikan

Kampus Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin di kec. Bonto Marannu, kab. Gowa (Foto: unhas.ac.id)

Karakter suatu wilayah tersusun dari sejarah suku bangsa, latar budaya dan adat istiadat, tipologi alam dan lingkungan. Sebagai contoh kota Bandung yang citranya telah terpatri dalam benak kita sebagai Paris van Java dan kota kreatif, atau kota Aceh yang sejak dahulu kala dikenal sebagai kota Serambi Mekah, atau pulau Bali yang memiliki brand yang sangat kuat sebagai pulau Dewata disebabkan oleh potensi alamnya yang menakjubkan dan kegiatan ritual adat-istiadat yang memukau. Ketika karakter ini hadir dan termahsyur ke seluruh pelosok negeri bahkan dunia, maka sudah barang tentu akan membawa pengaruh positif untuk kehidupan warga dan daerah.

Kesadaran akan pentingnya suatu karakter daerah juga mulai berlabuh di muara pemikiran para stakeholder di kabupaten Gowa. Sejak satu dekade yang lalu genderang besar sudah mulai ditabuh. Gowa mesti tumbuh menjadi Kabupaten Pendidikan (Hub of Education). Bukan hanya sekadar kabupaten yang memiliki fasilitas semata, tapi mesti menjadi daerah yang menghadirkan pendidikan sebagai karakter dan budaya warganya.

Para pemimpin kita sadar bahwa hanya dengan pendidikan kita mampu bangkit dan berjaya. Potensi yang paling berharga adalah sumberdaya manusia. Sumberdaya alam yang melimpah ruah bisa saja terkuras kemudian tak bersisa. Tapi manusia-manusia yang berkualitas akan terus hadir menumbuhkan harapan dan semangat menuju kesejahteraan. Apa saja faktor yang mendukung karakter dan branding kabupaten Gowa sebagai Hub of Education atau Pusat Pendidikan ? Berikut 4 Alasan Gowa Siap Menjadi Kabupaten Pusat Pendidikan.

1. Pembangunan Infrastruktur Pendidikan

Saat ini di kabupaten Gowa telah berdiri dengan megah beberapa kampus dari perguruan tinggi terkemuka di Sulawesi Selatan bahkan Indonesia. Di antaranya kampus Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin di kecamatan Bontomarannu, kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Pallangga, kampus Universitas Islam Negeri Alauddin di Somba Opu, kampus Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian di Bontomarannu. Kemudian kampus yang akan segera menyusul pembangunannya adalah Politeknik Lingkungan Hidup dan kampus Universitas Indonesia Timur di Pallangga.

Pada sekolah tingkat menengah atas, kita juga memiliki SMA 2 Tinggimoncong yang merupakan sekolah andalan di Sulawesi Selatan. Siswa-siswi di sekolah ini terdiri dari putera-puteri terbaik dari seluruh wilayah Sulawesi Selatan.

2. Kebijakan di Bidang Pendidikan.

Pemerintah daerah memiliki komitmen dan harapan yang tinggi mengenai pendidikan di kabupaten ini. Semua anak usia sekolah harus bersekolah. Di dalam kamus pemerintah kabupaten Gowa, tidak mengenal yang namanya ‘anak putus sekolah’. Tidak ada alasan untuk tidak menikmati berkah ilmu pengetahuan.

Beberapa kebijakan pemerintah yang menggembirakan masyarakat antara lain pendidikan gratis, Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan, Investasi Pendidikan Seperempat Abad, menghapus calistung (baca, tulis, hitung) di tingkat sekolah dasar kemudian mengganti dengan pemantapan IMTAQ serta penciptaan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Kebijakan ini dilandasi oleh penelitian yang ada, ditemukan bahwa manusia pada umur 4 – 8 tahun (yang dikenal sebagai the golden age), adalah masa dimana potensi database intelejensia manusia dapat tereksplorasi secara maksimal. Database ini diyakini bisa terbuka melalui kegiatan bermain dan menjalin kedekatan dengan alam.

Pemerintah daerah juga telah melakukan kerjasama dengan beberapa kampus dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan di kabupaten Gowa, di antaranya dengan kampus Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung dan Universitas Negeri Makassar.

3. Tokoh-Tokoh Cendekiawan dari Gowa

Daerah yang beradab dan mencintai ilmu pengetahuan tentu saja akan melahirkan tokoh-tokoh yang inspiratif dan termahsyur. Sejak dahulu, telah banyak tokoh yang mengharumkan nama Gowa berkat kecendekiawannya.

  • Karaeng Matoaya Raja Tallo; Mangkubumi Kerajaan Gowa yang mendampingi Sultan Alauddin mencapai puncak keemasan Kerajaan.
  • Syekh Yusuf Tuanta Salamaka; Seorang ulama sufi dan pejuang yang dikenal seantero Sulawesi, Banten, Srilanka, dan Afrika Selatan. Salah seorang diaspora yang memperoleh gelar pahlawan nasional di dua negara, Indonesia dan Afrika Selatan. Pemikiran-pemikirannya mengenai persamaan hak dan kedudukan manusia, banyak mempengaruhi Nelson Mandela, pejuang apartheid Afrika Selatan.
  • Raja Gowa Karaeng Tumapa’risi’ Kallonna; pada masa pemerintahannya beliau memindahkan pusat kotaraja Kerajaan Gowa dari Istana Tamalate di Katangka ke daerah pesisir di Benteng Somba Opu. Dasar berpikirnya bahwa pada zaman itu, siapa yang bisa menguasai lautan maka pasti akan bisa menguasai perdagangan dan ekspansi wilayah kekuasaan. Pemikiran beliau ini terbukti dari perkembangan Kerajaan Gowa yang sangat masif di bidang perdagangan rempah-rempah, beras, logam, kayu, dan lain sebagainya.
  • Raja Gowa Sultan Alauddin; Beliau adalah Raja Gowa pertama yang memeluk agama Islam dan menetapkan agama Islam sebagai agama resmi kerajaan. Beliau juga berinisiatif menyebarkan agama Islam ke pelosok penjuru wilayah Kerajaan Gowa dan kerajaan-kerajaan yang berada dalam perlindungan Kerajaan Gowa.
  • Karaeng Pattingaloang; Beliau adalah Pabbicara Butta atau Mangkubumi Kerajaan Gowa yang terkenal menguasai 8 bahasa asing dan mendalami ilmu-ilmu barat. Seorang bangsawan, negarawan, ilmuwan dan mahaguru yang disegani pada zamannya. Pesan-pesan beliau mengenai negara, sampai sekarang masih relevan untuk digunakan. Salah satu yang terkenal ada pesan mengenai penyebab runtuhnya suatu negara.
  • Daeng Pamatte’; adalah pejabat Syahbandar Kerajaan yang menciptakan aksara Lontara’ atas perintah Raja Gowa dalam rangka untuk memudahkan proses administrasi kerajaan, kegiatan surat-menyurat dan pencatatan kejadian-kejadian penting di Kerajaan Gowa.

Baca Juga: 4 Hal Menarik yang Bisa dilakukan di Istana Balla Lompoa

4. Pemenuhan Kebutuhan Hidup yang Mudah dan Murah.

Gowa berbatasan langsung dengan Makassar, ibukota Propinsi Sulawesi Selatan menempatkan wilayah ini pada posisi yang strategis dari segi keterjangkauan dan kemudahan transportasi. Calon pelajar dan mahasiswa dari luar daerah yang ingin menempuh pendidikan di Gowa memiliki banyak pilihan transportasi. Perjalanan dari Bandar udara Internasional Sultan Hasanuddin menuju kota Sungguminasa bisa ditempuh kurang dari sejam. Penumpang kapal laut yang turun di Pelabuhan Laut Soekarno-Hatta bisa tiba di kota Sungguminasa dalam waktu kurang lebih satu jam. Transportasi umum darat berupa Bus BRT Mamminasata koridor 3 dan mobil angkutan kota Pete’-Pete’ melayani penumpang di waktu normal dan rush hour. Kota Sungguminasa juga masih cukup ramah dengan pengendara sepeda. Di beberapa ruas jalan di sekitar kampus-kampus, arus kendaraan masih belum ramai.

Kabupaten Gowa juga terkenal sebagai sentra penghasil pangan seperti beras atau tanaman pangan lainnya, sayuran dan produk hortikultura. Sedangkan bahan makanan dari hasil laut dan juga dari budidaya peternakan cukup banyak tersedia. Secara ekonomi, bahan kebutuhan yang berada di sentra produksi akan memiliki harga yang relatif terjangkau. Harga-harga pangan yang murah dan mudah diperoleh ini tentu saja menjadi kabar baik bagi para pelajar dan mahasiswa pendatang.

Demikian 4 Alasan Gowa Siap Menjadi Kabupaten Pusat Pendidikan. Kita berharap di masa yang akan datang, cita-cita ini bisa terwujud, bahkan melampaui kota-kota pendidikan lainnya di Indonesia.


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *