Bangunan BersejarahKota

Mengapa Benteng Somba Opu Begitu Penting? Ini Sejarah, Fakta Unik, dan Kondisinya Sekarang

Benteng Somba Opu – Aku masih ingat betul waktu pertama kali menginjakkan kaki di Benteng Somba Opu. Panas siang itu menyengat, tapi rasanya tak ada yang bisa menahan langkahku untuk terus menyusuri setiap sudut sisa kejayaan masa silam itu. Suara angin yang berbisik di antara pepohonan dan aroma tanah yang menguap setelah hujan semalam, seperti membawa imajinasi kembali ke masa ketika Gowa adalah pusat peradaban besar di Timur Indonesia.

Aku berdiri di atas reruntuhan bata merah itu, membayangkan betapa megahnya benteng ini dulunya. Dan jujur saja, aku sedih. Bukan karena tempat ini sepenuhnya rusak—tidak, tapi karena aku sadar masih banyak dari kita, orang Gowa sendiri, yang mungkin belum benar-benar mengenal kisah besar di balik dinding tua ini.

Sekilas Sejarah Benteng Somba Opu

Benteng Somba Opu bukan sekadar tempat berfoto atau lokasi wisata sejarah yang biasa. Ini adalah saksi bisu kejayaan Kerajaan Gowa di abad ke-16. Dibangun oleh Sultan Gowa ke-9, Karaeng Tumapa’risi’ Kallonna, benteng ini dulunya menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, dan kekuatan militer.

Gowa kala itu adalah salah satu kerajaan maritim paling berpengaruh di Nusantara. Pelabuhan di sekitar benteng menjadi tempat singgah para pedagang dari Malaka, India, Arab, bahkan Portugis. Somba Opu menjadi pusat ekonomi, tapi juga menjadi benteng pertahanan yang tangguh—apalagi saat konflik melawan VOC semakin panas.

Kalau kamu masih ingat pelajaran sejarah, Benteng ini juga menjadi saksi dari Perjanjian Bongaya tahun 1667, ketika Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani perjanjian damai dengan Belanda. Dan sejak itu, Somba Opu perlahan tenggelam—secara harfiah dan sejarah.

BACA JUGA: Wisata Sejarah Gowa: 4 Tempat Penuh Nilai Budaya

Fakta Unik yang Jarang Diketahui Orang

Waktu ngobrol dengan salah satu petugas yang merawat kawasan ini, aku baru tahu beberapa hal menarik yang sebelumnya nggak banyak orang ceritakan:

  • Benteng ini sempat tenggelam. Setelah pertempuran dan penghancuran oleh VOC, benteng ini hilang dari peta, tertimbun tanah dan lumpur. Baru pada tahun 1980-an ditemukan kembali dan mulai digali.
  • Bahan bangunannya luar biasa. Bata merahnya disebut lebih kuat dari bata modern. Teknik pembuatannya bahkan belum bisa direplikasi secara persis hari ini.
  • Ada kanal seperti benteng Eropa. Kabarnya dulu Somba Opu dikelilingi kanal, seperti benteng-benteng di masa Renaissance. Sayangnya sebagian besar sudah tak bisa dilacak bentuk aslinya.
  • Masih ada meriam asli peninggalan Portugis. Beberapa meriam tua masih bisa kamu lihat di sekitar area, meskipun sudah berkarat dan diam membisu.

Kondisi Saat Ini: Antara Harapan dan Kekhawatiran

Jujur, kondisi Benteng Somba Opu saat ini membuatku campur aduk. Di satu sisi, aku senang karena kawasan ini sudah dijadikan semacam taman budaya. Ada miniatur rumah adat dari seluruh Sulawesi Selatan, lengkap dengan panggung seni dan tempat edukasi budaya. Tapi di sisi lain, beberapa bagian benteng terlihat kurang terawat. Rerumputan liar tumbuh, tembok-tembok mulai tergerus hujan, dan beberapa bagian sepi pengunjung, apalagi di hari biasa.

Padahal, tempat ini punya potensi besar. Bisa jadi pusat wisata edukasi, tempat rekreasi sejarah yang menyenangkan, bahkan panggung seni budaya lokal. Hanya saja, mungkin perlu sedikit “disentuh ulang”—baik dari sisi infrastruktur, promosi, maupun keterlibatan komunitas lokal.

Mengapa Benteng Ini Masih Relevan dan Penting Sekarang?

Karena identitas itu penting. Benteng ini bukan sekadar tumpukan batu merah tua—dia adalah pengingat bahwa kita pernah besar. Bahwa Gowa pernah berdiri sejajar dengan kerajaan-kerajaan besar di dunia.

Bagi generasi muda, tempat ini bisa jadi ruang belajar sejarah yang hidup. Bayangkan jika siswa-siswi SD dan SMP diajak ke sini, mendengarkan dongeng sejarah langsung di lokasi aslinya. Atau kalau komunitas seni menggelar pertunjukan teater kisah Sultan Hasanuddin tepat di halaman benteng—pasti keren banget!

Dan tentu saja, dari sisi ekonomi, kawasan ini bisa mendorong wisata sejarah yang tidak hanya menghibur tapi juga mendidik. Gowa tidak hanya punya Malino, kita juga punya Somba Opu.

Penutup: Mari Rawat Bersama

Aku menulis ini bukan untuk nostalgia semata, tapi sebagai ajakan. Kita tidak bisa berharap pemerintah melakukan segalanya. Masyarakat juga perlu peduli, mengunjungi, mempromosikan, dan menjaga warisan kita.

Next time kamu bingung mau ke mana saat akhir pekan, coba deh mampir ke Benteng Somba Opu. Bawa anak, saudara, atau teman. Bercerita sambil berjalan, mengingat bahwa tanah yang kita injak hari ini adalah tempat para leluhur dulu menaruh harapan.

Benteng Somba Opu memang diam, tapi dia tidak mati. Ia menunggu kita untuk kembali menghidupkannya—bukan sekadar sebagai situs sejarah, tapi sebagai bagian dari identitas kita sendiri.

Kalau kamu suka artikel ini dan ingin lihat sudut-sudut lain Kabupaten Gowa dari kacamata warga lokal, ikuti terus cerita-cerita saya di Kabargowa.com ya!

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button