Sejarah

Daftar Penguasa Gowa Lengkap dari Kerajaan hingga Kesultanan Modern

Penguasa Gowa yang Pernah Berkuasa – Kerajaan Gowa merupakan salah satu kerajaan besar di Sulawesi Selatan yang memiliki pengaruh luas di kawasan timur Nusantara. Catatan sejarah menunjukkan bahwa penguasa Gowa memegang peran penting dalam perkembangan politik, ekonomi, budaya, hingga penyebaran Islam di Indonesia timur. Seiring berjalannya waktu, Gowa bertransformasi dari kerajaan tradisional, menjadi kesultanan Islam, lalu akhirnya bergabung ke dalam pemerintahan Republik Indonesia sebagai Kabupaten Gowa.

Gelar dan Kekuasaan Penguasa Gowa

Para penguasa Gowa menggunakan gelar Sombayya ri Gowa, yang berarti Raja yang disembah di Gowa. Gelar raja lainnya yaitu Karaenga ri Gowa. Sejak masa Tumanurung Bainea, istilah “somba” sudah digunakan sebagai simbol penghormatan terhadap raja.

Kerajaan Gowa (1300–1593)

Masa awal Gowa dipenuhi dengan kepemimpinan tokoh-tokoh tradisional yang lebih dikenal melalui tradisi lisan. Raja pertama adalah Tumanurung Bainea sekitar tahun 1300.

Setelahnya, Gowa dipimpin oleh raja-raja seperti Tumassalangga Barayang, I Puang Loe Lembang, dan Karampang ri Gowa. Walau detail pemerintahannya kurang jelas, keberadaan mereka memperlihatkan bahwa Gowa telah memiliki struktur kepemimpinan stabil sejak awal.

Tokoh penting pada periode kerajaan adalah Tumapa’risi’ Kallonna (1510–1546). Ia memperkenalkan hukum tertulis, memperkuat administrasi, dan memperluas wilayah dengan menaklukkan kerajaan sekitar. Penggantinya, Tunipalangga (1546–1565), semakin memperluas kekuasaan Gowa hingga menjadikannya kerajaan maritim yang disegani.

No. Nama Nama Takhta Masa Memerintah Catatan
1 Tumanurung Bainea 1300
2 Tumassalangga Barayang  ?
3 I Puang Loe Lembang ?
4 I Tuniata Banri ?
5 Karampang ri Gowa ?
6 Tunarangka’ Lopi  1400
7 Tuniawanga Batara Gowa Tuniawanga ri Parallakkenna ?
8 Tunijallo ri Pasukki I Pakere Tau Tunijallo ri Passukki ?
9 Tumapa’risi’ Kallonna I Daeng Matanre Karaeng Mangngutungi Tumapa’risi’ Kallonna 1510 – 1546 Memperkenalkan catatan tertulis dan hukum
10 Tunipalangga I Manriwagau’ Daeng Bonto Karaeng Lakiyung Tunipalangga 1546 – 1565
11 Tunibatta I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatta 1565
12 Tunijallo Manggorai Daeng Mammeta Karaeng Bontolangkasa Tunijallo’ 1565 – 1590
13 Tunipasulu I Tepukaraeng Daeng Parabbung Tunipasulu’ 1590 – 1593

 

Kesultanan Gowa (1593–1960)

No. Gambar Nama Nama takhta Memerintah Catatan
Sultan berdaulat (1593–1960)
14 Alauddin I dari Gowa I Mangnga’rangi Daeng Manrabbia Sultan Alauddin Tuminanga ri Gaukanna Tumenanga ri Gaukanna 1593 – 15 Juni 1639 Merupakan penguasa Gowa pertama yang memeluk Islam dan mengubah gelar ‘Somba’ menjadi ‘Sultan’.
15 Malikussaid I dari Gowa I Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Ujung Karaeng Lakiyung, Muhammad Said Sultan Malikussaid Tumenanga ri Papang Batunna. 16 Juni 1639 – 6 November 1653 Lahir 11 Desember 1605, berkuasa mulai tahun 1639 hingga kematiannya.
16 Hasanuddin dari Gowa[ I Mallombasi Daeng Mattawang Muhammad Baqir Karaeng Bonto Mangngape Sultan Hasanuddin Tumenanga ri Balla’pangkana 8 November 1653 – 18 Januari 1669 Lahir tanggal 12 Januari 1631 dan meninggal dunia pada 12 Juni 1670, diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973.
17 Amir Hamzah dari Gowa I Mappasomba Daeng Uraga Sultan Amir Hamzah Tumammalianga ri Allu 19 Januari 1669 – 7 Mei 1674 Lahir pada 31 Maret 1656.
18 Muhammad I dari Gowa I Mappaosong Daeng Mangngewai Karaeng Bisei Sultan Muhammad Ali Tumatea ri Jakattara 3 Oktober 1674 – 17 Juli 1677 Lahir 29 November 1654, di kudeta oleh VOC Belanda bersama sekutu lokalnya. Diasingkan ke Batavia pada 16 September 1678 dan meninggal dunia 15 Maret 1681.
19 Abdul Jalil dari Gowa I Mappadulung Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone Abdul Jalil Tumamenanga ri Lakiyung 27 Juli 1677 – 17 September 1709
20 Ismail dari Gowa La Pareppa Tosappewalie Karaeng Anak Moncong Ismail Muhtajuddin Tumenanga ri Somba Opu[2] 16 Februari 1710 – 24 Agustus 1712
21 Sirajuddin dari Gowa I Mappau’rangi Karaeng Boddia Sirajuddin Tumenanga ri Pasi 31 Agustus 1712 – ???
22 Najmuddin dari Gowa I Manrabbia Najamuddin Tumenanga ri Gowa ???– 1735
Sirajuddin dari Gowa I Mappaurangi Karaeng Boddia Sultan Sirajuddin Tumenanga ri Pasi 1735 Pemerintahan kedua, sebelumnya memerintah sebagai Sultan ke-21.
23 Abdul Khair dari Gowa I Mallawagau al-Sultan Abdul Khair al-Manshur 1735 – 1742
24 Abdul Quddus dari Gowa I Mappaba’basa’ al-Sultan Abdul Quddus 1742 – 1753
25 Usman dari Gowa Amas Madina al-Sultan Usman Fakhruddin Batara Gowa II 1747 – 1795 Diasingkan oleh Belanda ke Sri Lanka.
26 Imaduddin dari Gowa I Mallisujawa Daeng Riboko Arungmampu Sultan Imaduddin Tumenanga ri Tompobalang 1767 – 1769
27 Zainuddin dari Gowa I Temassongeng I Makkaraeng Karaeng Katangka Sultan Zainuddin Tumenanga ri Mattoanging 1770 – 1778
28 Abdul Hadi dari Gowa I Mannawarri I Sumaele Karaeng Bontolangkasa Karaeng Mangasa Sultan Abdul Hadi Tumenanga ri Lambusu’na 1778 – 1810 Bergelar Ri Sambungjawa
29 Abdul Rauf dari Gowa I Mappatunru’ I Manginnyarrang Karaeng Lembangparang Sultan Abdul Rauf Tumenanga ri Katangka 1816 – 1825
30 Abdul Rahman dari Gowa I La Oddanriu’ Daeng Mangngeppe Karaeng Katangka Sultan Abdul Rahman Tumenanga ri Suangga 1825 – 1826
31 Abdul Kadir I dari Gowa I Kumala Daeng Parani Karaeng Lembangparang Sultan Abdul Kadir Muhammad Aidid Tumenanga ri Kakoasanna 1826 – 30 Januari 1893 Memerintah selama 67 tahun.
32 Muhammad II dari Gowa I Malingkaang Daeng Nyonri’ Karaeng Katangka Sultan Muhammad Idris Tumenanga ri Kalabbiranna 31 Januari 1893 – 18 Mei 1895
33 Husain dari Gowa I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembangparang Sultan Husain Tumenanga ri Bundu’na 18 Mei 1895 – 1936 Di Mahkotai di Makassar pada tanggal 5 Desember 1895. Bergelar Somba Ilanga ri Lampanna;
34 Muhammad III dari Gowa I Mangngimangi Daeng Matutu Karaeng Bontonompo Sultan Muhammad Thahir Muhibuddin Tumenanga ri Sungguminasa 1936 – 1946
35 Abdul Kadir II dari Gowa Andi Idjo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul Kadir Aiduddin Tumenanga ri Jongaya 1956 – 1960 Sultan Gowa terakhir di bawah administrasi Indonesia dan menjadi bupati pertama Kabupaten Gowa saat bergabung menjadi bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kesultanan dibubarkan tahun 1957 dan ia menjabat sebagai Bupati hingga 1960.

Kesultanan Gowa di Era Modern (2016–sekarang)

Meskipun secara politik Kesultanan Gowa dibubarkan pada pertengahan abad ke-20, gelar kesultanan tetap hidup sebagai simbol budaya dan adat.

  • Sultan Alauddin II (2016–2018): Andi Maddusila memproklamasikan dirinya sebagai Sultan pada 2016.
  • Sultan Malikussaid II (2018–2024): Dikenal dengan gelar Batara Gowa III.
  • Sultan Muhammad IV (2024–sekarang):  putra mahkota (Pati Matarangna Gowa).

Peran kesultanan modern lebih bersifat adat dan simbolis, menjaga identitas dan budaya masyarakat Gowa.

No. Gambar Nama Masa Catatan
37 Alauddin II 2016 – 2018
38 Malikussaid II 2018 – 2024
39 Muhammad IV Bergelar Pati Matarangna Gowa

Kabupaten Gowa dalam Administrasi Indonesia

Sejak integrasinya ke dalam NKRI, Gowa menjadi bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan dengan status sebagai kabupaten. Secara administratif, wilayah ini dipimpin oleh seorang bupati, yang bertanggung jawab kepada gubernur Sulawesi Selatan. Meski begitu, nilai sejarah Kesultanan Gowa tetap melekat erat dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat.

Warisan Budaya Kesultanan Gowa

Hingga kini, Gowa masih menyimpan banyak warisan sejarah:

  • Istana Balla Lompoa di Sungguminasa, simbol kejayaan kesultanan.
  • Masjid Katangka, salah satu masjid tertua di Sulawesi Selatan.
  • Benteng Somba Opu, bekas pusat pemerintahan Kesultanan Gowa.
  • Tradisi adat Karaeng yang masih dijalankan oleh masyarakat.

Warisan ini tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat Gowa, tetapi juga menjadi aset budaya Indonesia.

Kesimpulan

Sejarah penguasa Gowa menggambarkan perjalanan panjang dari kerajaan tradisional hingga kesultanan Islam, lalu masuk ke dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari Tumanurung Bainea hingga Sultan Muhammad IV, setiap pemimpin memiliki peran penting dalam membentuk identitas Gowa.

Meskipun kini tidak lagi memiliki kekuasaan politik, Kesultanan Gowa tetap hidup sebagai simbol adat, budaya, dan sejarah yang memperkaya warisan bangsa

===

Sumber

1.Hägerdal, Hans (2023-02-01), Kerajaan2 Indonesia
2.Alief (2024-12-9). “Andi Muhammad Imam Resmi Menjabat Sebagai Pati Matarang ke-39 Kerajaan Gowa”. RakyatSulsel.
3.id.wikipedia.org

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button