
Beautiful Malino 2025 Ditutup Meriah, 120 Ribu Pengunjung!
Beautiful Malino 2025 Ditutup Meriah: 5 Hari Penuh Warna, 120 Ribu Pengunjung Memadati Hutan Pinus
Malam itu, angin dingin Malino seolah kalah oleh riuh tepuk tangan dan sorak-sorai pengunjung yang memadati kawasan hutan pinus di Tinggimoncong, Kabupaten Gowa. Ribuan orang berdiri berdesakan, sebagian duduk bersila di atas tikar yang mereka bawa sendiri, sementara lampu-lampu panggung berpendar indah memecah kegelapan malam. Panggung megah dengan backdrop “Beautiful Malino 2025: Colour of Culture” tampak hidup dengan permainan cahaya yang memukau.
Suasana itu menjadi puncak sekaligus penutup dari perhelatan Beautiful Malino 2025—sebuah festival tahunan yang sudah dinantikan banyak orang sejak awal tahun. Dari tanggal 9 hingga 13 Juli 2025, Malino kembali menjadi magnet wisatawan dari berbagai penjuru Sulawesi Selatan, bahkan dari luar provinsi. Tahun ini, catatan pengunjung mencetak rekor: 120 ribu orang membanjiri event ini dalam lima hari.
Maliq & D’Essentials Menutup Malam dengan Spektakuler
Malam penutupan terasa semakin istimewa karena kehadiran Maliq & D’Essentials. Grup musik papan atas Indonesia itu sukses membius penonton dengan lagu-lagu andalan seperti Untitled dan Dia. Sejak intro pertama dimainkan, lautan manusia langsung bergoyang bersama alunan musik yang akrab di telinga mereka.
Sebelumnya, Kelong Soundsystem tampil sebagai pemanasan. Dentuman bass yang khas membakar semangat ribuan pengunjung yang tampak tidak peduli pada hawa dingin yang menusuk kulit.
“Saya sudah datang sejak sore untuk dapat posisi dekat panggung. Worth it banget!” kata Arif, seorang pengunjung asal Makassar, sambil tersenyum lebar.
Bupati Gowa: Partisipasi Masyarakat Sangat Besar
Acara penutupan ini dihadiri langsung oleh Bupati Gowa, Sitti Husniah Talenrang, Wakil Bupati Darmawangsyah Muin, Forkopimda, hingga jajaran SKPD. Dalam sambutannya, Husniah tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya melihat antusiasme masyarakat yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
“Ini tahun kelima Beautiful Malino, dan setiap tahun selalu ada kejutan. Tahun ini, kita lihat sendiri, masyarakat sangat terlibat, mulai dari polling artis hingga mengikuti berbagai lomba,” ujar Husniah.
Ia menambahkan, konsep memilih artis melalui polling di media sosial menjadi langkah strategis untuk mendekatkan pemerintah dengan masyarakat.
“Vote yang masuk di akun saya dan Pak Wabup sangat banyak. Masyarakat merasa punya andil dalam acara ini,” lanjutnya.
Lima Hari, Lima Warna, Lima Cerita
Beautiful Malino 2025 tak hanya soal konser musik. Selama lima hari penuh, pengunjung dimanjakan dengan ragam acara yang menyentuh berbagai kalangan.
Hari pertama, pembukaan diwarnai penampilan Raim Laode yang sukses menghipnotis penonton. Lagu-lagu bertema cinta dengan lirik sederhana namun menyentuh membuat suasana malam menjadi hangat.
Hari kedua, meski tak ada artis nasional, musisi lokal tampil total. Kehadiran mereka justru menjadi ruang bagi talenta daerah untuk unjuk gigi.
Hari ketiga dan keempat, kawasan hutan pinus berubah menjadi arena lomba. Ada lomba menggambar, mewarnai, hingga cerdas cermat untuk anak sekolah. Ibu-ibu PKK juga meramaikan lomba memasak antar-SKPD yang menyajikan hidangan khas Gowa.
Puncaknya di hari kelima, karnaval budaya menggantikan karnaval bunga tahun sebelumnya. Parade ini menampilkan kekayaan empat etnis besar di Sulawesi Selatan lengkap dengan pakaian adat yang memukau. Ribuan pengunjung tumpah ruah di jalanan untuk menyaksikan keindahan budaya yang dibalut dalam satu perhelatan megah.
“Konsep karnaval budaya ini menjadi daya tarik baru. Masyarakat antusias karena ini menggugah rasa kebanggaan akan budaya lokal,” kata Husniah.
Dampak Ekonomi yang Langsung Terasa
Lebih dari sekadar hiburan, Beautiful Malino 2025 juga memberikan dampak signifikan pada perekonomian lokal. Deretan UMKM di sekitar lokasi acara tampak tak pernah sepi pengunjung. Mulai dari penjual makanan, minuman, hingga kerajinan tangan, semuanya kebanjiran pembeli.
Menurut Husniah, perputaran uang selama lima hari diperkirakan mencapai miliaran rupiah. “Kehadiran ribuan pengunjung memberi manfaat langsung bagi masyarakat. Ini yang kami harapkan sejak awal,” jelasnya.
Wakil Bupati Gowa, Darmawangsyah Muin, menambahkan bahwa jumlah pengunjung yang terekam hanya yang masuk ke area hutan pinus. “Di luar area juga banyak masyarakat yang menikmati suasana Beautiful Malino. Jadi totalnya bisa lebih dari 120 ribu,” ucapnya.
Menuju Beautiful Malino 2026: Harapan dan Evaluasi
Meski acara baru saja selesai, Husniah menegaskan pihaknya sudah memikirkan langkah untuk Beautiful Malino berikutnya. Evaluasi menyeluruh akan dilakukan agar penyelenggaraan tahun depan lebih baik lagi.
“Kami ingin event ini semakin inklusif, melibatkan seluruh masyarakat Sulawesi Selatan untuk memperkenalkan potensi daerahnya,” katanya.
Pihaknya juga berencana menghadirkan inovasi baru agar Beautiful Malino 2026 tetap menjadi magnet wisatawan.
“Setiap tahun harus ada pembaruan. Tahun depan, kita ingin lebih banyak kejutan,” pungkasnya.
Kesimpulan: Beautiful Malino, Lebih dari Sekadar Festival
Beautiful Malino kini bukan lagi sekadar festival tahunan. Ia telah menjelma menjadi ruang kebersamaan, perayaan budaya, dan motor penggerak ekonomi lokal. Suasana malam penutupan tahun ini menjadi saksi betapa acara ini telah merasuk ke hati masyarakat.
120 ribu pengunjung, miliaran rupiah perputaran ekonomi, dan ribuan cerita bahagia adalah bukti nyata kesuksesan Beautiful Malino 2025.
Jadi, apakah kamu sudah siap jadi bagian dari Beautiful Malino 2026? Tandai kalendermu mulai sekarang, karena siapa tahu tahun depan ada kejutan lebih besar yang menanti di hutan pinus Malino.















