Kuliner

Putu Cangkir Gowa: Kue Ketan Unik & Lezat!

Putu Cangkir Gowa – Kalau kamu penggemar berat jajanan tradisional, terutama yang unik dan menggoda selera, maka ada satu tempat yang wajib banget kamu kunjungi—daerah Bajeng di Kabupaten Gowa. Lokasinya cuma sekitar 22 km dari pusat Kota Makassar, tapi begitu kamu tiba di sana, kamu akan merasa seperti menemukan “surga” tersembunyi untuk para pencinta Putu Cangkir.

Apa Itu Putu Cangkir?

Sebelum kita lanjut, mari kita kenalan dulu dengan kudapan unik ini. Putu Cangkir, atau dalam bahasa lokal disebut Putu Cangkiri’, adalah panganan tradisional yang berbahan dasar ketan—baik ketan putih maupun ketan hitam. Nama “cangkir” ini muncul karena bentuk kue ini mirip bagian bawah cangkir yang diletakkan terbalik.

putu cangkir limbung bajeng gowa
Keunikan Rasa dan Tekstur , Jajanan Tradisional Putu Cangkir

Secara harfiah, “Putu” berarti panganan dari beras ketan, dan “Cangkiri’” berarti cangkir. Jadi, Putu Cangkiri’ secara harfiah adalah kue dari ketan yang bentuknya menyerupai cangkir. Biasanya, isian putu ini berupa gula merah atau gula pasir, dan di tengahnya ditambahkan parutan kelapa agar tekstur dan rasanya makin kaya.

Kalau kamu biasa menemukan Putu Cangkir hanya dalam dua varian rasa—manis gula merah dan gula putih—di Makassar seperti di Jalan Landak, Jalan Alauddin, atau pasar tradisional Pa’baeng-baeng, maka bersiaplah dibuat kagum dengan inovasi para penjual Putu Cangkir di Bajeng!

BACA JUGA: Jalangkote: Camilan Khas Makassar yang Unik dan Sarat Budaya

Inovasi Warna dan Rasa di Bajeng

Di Jalan Poros Limbung, Daerah Tanetea, Bajeng, kamu bisa melihat langsung deretan kedai yang menjual Putu Cangkir dengan aneka warna dan rasa yang menarik. Nggak cuma putih dan coklat saja, di sini kamu bisa menjumpai Putu Cangkir berwarna pink, hijau, ungu, dan hitam. Warna-warni ini bukan sekadar hiasan, karena masing-masing warna memiliki rasa khas—ada yang rasa stroberi, pandan, bahkan mocca!

putu cangkir bajeng
Putu Cangkir Warna-Warni

Beberapa dari kedai putu cangkir sudah bertahun-tahun menjajakan Putu Cangkir di pinggir jalan. Dengan harga hanya Rp2.000 per buah, kamu bisa menikmati jajanan tradisional dengan sentuhan kreatif dan rasa yang modern.

Uniknya, cetakan kue Putu Cangkir ini dibuat sendiri oleh para pedagang. Alat kukusannya juga tidak biasa—berbentuk tinggi bulat dari seng tipis, dengan hanya satu lubang di atas sebagai tempat memasukkan cetakan. Bagian bawah cetakan biasanya dilapisi daun pandan agar wangi dan tidak lengket.

Proses Pembuatan Putu Cangkir

Kamu juga bisa menyaksikan langsung proses pembuatan Putu Cangkir di tempat ini. Pertama, beras ketan direndam selama 2-3 jam, lalu digiling hingga halus. Setelah itu, campuran ketan diberi gula merah atau gula pasir sesuai selera. Setelah adonan siap, dimasukkan ke dalam cetakan bersama dengan parutan kelapa, lalu dikukus hingga matang.

Nah, yang membuat proses ini menantang adalah pengukusannya—kalau tidak pas, adonan bisa hancur dan tidak berbentuk. Jadi jangan heran kalau banyak penjual yang sudah ahli dalam teknik kukus ini.

Sentuhan Inovasi dari Anak Muda

putu cangkir gowa
Putu Cangkir Warna Warni | Gosulses

Menariknya lagi, banyak inovasi warna-warni ini datang dari generasi muda yang ingin menjadikan Putu Cangkir lebih menarik di mata pembeli. Salah satu pembuat bahkan mengaku bahwa ide membuat putu berwarna datang dari latar belakang pendidikannya di bidang Teknik Informatika. Kreativitas inilah yang akhirnya membuat Putu Cangkir dari Gowa semakin dikenal.

Selain Putu Cangkir, kedai-kedai di sekitar Bajeng ini juga menjual berbagai jenis camilan dan oleh-oleh khas, seperti kerupuk singkong berisi gula merah dan aneka buah lokal.

Putu Cangkir: Antara Tradisi dan Inovasi

Putu Cangkir dari Gowa tidak hanya menawarkan rasa yang lezat, tapi juga pengalaman budaya dan kuliner yang kaya. Keberadaan camilan ini di pinggir jalan justru menjadi daya tarik tersendiri. Siapa sangka jajanan yang dulunya sederhana, kini telah berevolusi menjadi produk kuliner yang estetis, berwarna-warni, dan tetap mempertahankan cita rasa tradisional.

Jadi, kalau kamu sedang melintas ke arah Bantaeng, Jeneponto, atau Bulukumba, sempatkan untuk mampir ke Bajeng dan cicipi langsung Putu Cangkir warna-warni ini. Nikmati legitnya ketan, manisnya gula, dan segarnya aroma daun pandan dalam setiap gigitan.

Penutup

Putu Cangkir bukan sekadar jajanan pinggir jalan—ia adalah warisan budaya yang terus berinovasi. Dari Makassar hingga Gowa, dari putih dan coklat hingga pink dan hijau, Putu Cangkir menunjukkan bahwa tradisi bisa terus hidup jika diberi sentuhan kreatif. Buat kamu yang penasaran, yuk langsung meluncur ke Limbung, Bajeng, dan rasakan sendiri kelezatannya!


Keyword utama: Putu Cangkir
Keyword turunan: kue tradisional Makassar, Putu Cangkiri’, kuliner Gowa, jajanan khas Makassar

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button